Membangun Budaya Positif di Sekolah | Aksi Nyata Modul 1.4

Membangun Budaya Positif di sekolah melalui disiplin positif, motivasi perilaku, dan kolaborasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis.

Jasinvite.com | Membangun Budaya Positif di Sekolah | Aksi Nyata Modul 1.4 - HI, Kawan Jasinvite, sebagai seorang calon Guru Penggerak, saya memiliki keyakinan kuat bahwa setiap tindakan kecil yang kita lakukan bisa membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan. Salah satu hal yang saya yakini penting adalah membangun Budaya Positif di sekolah. Budaya ini tidak hanya akan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi murid, tetapi juga akan menumbuhkan kemandirian, rasa percaya diri, dan tanggung jawab yang tinggi pada diri mereka.

Daftar Isi

Jasinvite.com - Membangun Budaya Positif di Sekolah  Aksi Nyata Modul 1.4
Jasinvite.com - Membangun Budaya Positif di Sekolah  Aksi Nyata Modul 1.4

Membangun Budaya Positif di Sekolah | Aksi Nyata Modul 1.4

Latar Belakang

Mengapa Budaya Positif begitu penting? Karena dengan adanya lingkungan yang mendukung, murid-murid kita akan lebih mudah untuk berkembang sesuai dengan potensinya. Mereka tidak hanya belajar secara akademis, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Di SD Negeri 2 Palapi, saya melihat kebutuhan yang mendesak untuk menerapkan perubahan paradigma baru dalam pendidikan. Kita harus bergerak dari pendekatan disiplin yang bersifat otoriter ke arah yang lebih positif dan konstruktif.

Saya memulai inisiatif ini dengan melakukan pengimbasan kepada rekan-rekan sejawat di SD Negeri 2 Palapi. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk menciptakan Budaya Positif yang akan menjadi dasar bagi pembentukan keyakinan kelas dan pengembangan disiplin positif di sekolah. Kami percaya bahwa melalui kolaborasi ini, tujuan pembelajaran untuk membentuk manusia merdeka akan terwujud dengan lebih nyata.

Selain itu, saya juga menyadari betapa pentingnya pemahaman yang mendalam tentang motivasi perilaku manusia dalam membangun budaya ini. Setiap murid memiliki kebutuhan dasar yang berbeda, dan sebagai pendidik, kita harus mampu mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan begitu, murid akan merasa dihargai dan didorong untuk berperilaku positif karena kesadaran diri, bukan karena paksaan.

Tujuan

Dalam rangka mewujudkan Budaya Positif di SD Negeri 2 Palapi, saya merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

  1. Menumbuhkan Motivasi Intrinsik untuk Disiplin
    Saya ingin agar murid-murid belajar untuk bersikap disiplin bukan karena takut pada hukuman, tetapi karena mereka memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan mereka.

  2. Menciptakan Murid yang Mandiri dan Bertanggung Jawab
    Dengan Budaya Positif, murid akan belajar untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Ini akan membantu mereka menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri.

  3. Mengembangkan Budaya Positif di Sekolah
    Saya berharap, Budaya Positif ini tidak hanya diterapkan di dalam kelas, tetapi juga meresap ke seluruh lingkungan sekolah, sehingga seluruh warga sekolah dapat merasakan manfaatnya.

Tolok Ukur

Untuk memastikan bahwa tujuan tersebut dapat tercapai, saya menetapkan beberapa tolok ukur yang harus diperhatikan, antara lain:

  1. Terbentuknya Keyakinan Kelas
    Keyakinan kelas akan disusun melalui kegiatan curah pendapat antara wali kelas dan murid. Hal ini untuk memastikan bahwa keyakinan tersebut benar-benar mencerminkan nilai-nilai yang diyakini oleh semua pihak.

  2. Konsistensi Pelaksanaan Keyakinan Kelas
    Guru dan murid diharapkan mampu melaksanakan keyakinan kelas yang telah disepakati dengan konsisten dan penuh tanggung jawab. Ini menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif.

  3. Penerapan Posisi Kontrol Restitusi dan Segitiga Restitusi
    Guru harus mampu menerapkan posisi kontrol restitusi dan segitiga restitusi dalam menangani masalah murid. Dengan cara ini, konflik dapat diselesaikan secara konstruktif tanpa harus menghukum murid.

  4. Keterlibatan Seluruh Warga Sekolah
    Budaya Positif hanya akan berhasil jika semua warga sekolah konsisten dalam menerapkannya. Oleh karena itu, saya akan mengupayakan keterlibatan semua pihak, mulai dari guru, murid, hingga orang tua.

Linimasa Tindakan

Untuk mencapai tujuan tersebut, saya menyusun rencana tindakan yang terbagi menjadi tiga tahap utama: perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi.

1. Perencanaan

Tahap pertama adalah menyusun strategi untuk mengubah paradigma pendidikan di SD Negeri 2 Palapi. Saya memulai dengan mengidentifikasi kebutuhan, menyusun rencana aksi, dan berkoordinasi dengan kepala sekolah serta rekan sejawat. Kami menentukan waktu pelaksanaan dan mempersiapkan segala alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan program ini.

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai dengan mengadakan pelatihan bagi para guru. Pelatihan ini mencakup materi tentang Disiplin Positif, motivasi perilaku manusia, dan penerapan posisi kontrol restitusi serta segitiga restitusi. Selanjutnya, kami bersama-sama dengan murid menyusun keyakinan kelas yang mencerminkan nilai-nilai positif. Guru kemudian menerapkan strategi yang telah dipelajari dalam interaksi sehari-hari dengan murid.

3. Refleksi

Setelah pelaksanaan, saya melakukan refleksi untuk mengevaluasi efektivitas dari tindakan yang telah diambil. Saya mengumpulkan umpan balik dari murid dan guru, serta mengadakan sesi refleksi kelompok untuk berbagi pengalaman dan pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi ini, saya menyusun rencana perbaikan untuk pelaksanaan ke depan.

Dukungan yang Dibutuhkan

Dalam mewujudkan Budaya Positif di SD Negeri 2 Palapi, dukungan dari berbagai pihak sangatlah penting. Pertama, saya membutuhkan dukungan dari seluruh stakeholder sekolah, termasuk kepala sekolah, rekan sejawat, dan staf pendukung lainnya. Mereka perlu memiliki komitmen yang sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan murid.

Selain itu, dukungan dari orang tua juga sangat penting. Orang tua perlu memahami dan mendukung penerapan Budaya Positif di rumah, sehingga murid mendapatkan konsistensi dalam pengasuhan dan pendidikan. Dengan demikian, proses pembelajaran di sekolah akan menjadi lebih efektif.

Terakhir, tentu saja dukungan dari murid itu sendiri. Saya mengharapkan partisipasi aktif dari murid dalam menyusun dan melaksanakan keyakinan kelas. Dengan begitu, mereka akan merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap lingkungan belajar mereka.

Deskripsi Aksi Nyata

Aksi nyata yang saya lakukan berfokus pada penerapan dan pengembangan Budaya Positif di SD Negeri 2 Palapi. Tujuan utama dari aksi ini adalah untuk merubah paradigma lama dalam pendidikan dan menggantinya dengan pendekatan yang lebih konstruktif dan berbasis pada disiplin positif.

Jasinvite.com - Desiminasi Budaya Positif di Sekolah  Aksi Nyata Modul 1.4
Jasinvite.com - Desiminasi Budaya Positif di Sekolah  Aksi Nyata Modul 1.4

1. Perubahan Paradigma Baru

Langkah pertama dalam aksi nyata ini adalah melakukan perubahan paradigma dalam penanganan disiplin di sekolah. Paradigma lama sering kali mengedepankan pendekatan hukuman yang cenderung membuat murid merasa tertekan dan kurang termotivasi untuk berperilaku baik. Sebagai gantinya, kami menerapkan disiplin positif yang berfokus pada pencegahan perilaku negatif melalui pendekatan yang lebih suportif.

Kami mengadakan pelatihan untuk guru tentang cara-cara baru dalam mendidik dan mengelola kelas yang lebih berorientasi pada kebutuhan dasar manusia, seperti rasa dihargai dan kebutuhan untuk merasa aman. Guru-guru diberikan keterampilan untuk memahami dan mengelola motivasi perilaku murid dengan cara yang positif, sehingga mereka dapat menangani masalah dengan lebih efektif dan penuh empati.

2. Disiplin Positif dan Motivasi Perilaku Manusia

Disiplin positif adalah inti dari aksi nyata ini. Kami menyusun dan mengimplementasikan berbagai strategi untuk mendorong murid agar lebih disiplin tanpa menggunakan hukuman. Sebagai gantinya, kami memperkenalkan metode yang mengedepankan dialog dan pendekatan berbasis solusi. Ini termasuk mengadakan sesi curah pendapat dan diskusi kelompok dengan murid untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi bersama.

Melalui pemahaman motivasi perilaku manusia, guru-guru dapat lebih baik memahami apa yang mendorong perilaku murid. Misalnya, jika seorang murid menunjukkan perilaku negatif, guru akan memeriksa apakah perilaku tersebut berhubungan dengan kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti kebutuhan untuk perhatian atau pengakuan. Dengan pendekatan ini, solusi yang diambil bisa lebih tepat sasaran dan berfokus pada penyelesaian masalah secara menyeluruh.

3. Penyusunan Keyakinan Kelas dan Sekolah

Penyusunan keyakinan kelas adalah langkah berikutnya dalam aksi nyata ini. Kami melibatkan murid dalam proses pembuatan aturan kelas yang mereka sepakati bersama. Melalui diskusi dan curah pendapat, murid diajak untuk berperan aktif dalam menentukan norma-norma yang akan berlaku di kelas mereka. Ini membuat mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap aturan yang dibuat dan lebih berkomitmen untuk mematuhi aturan tersebut.

Selain itu, kami juga bekerja sama dengan guru untuk menyusun keyakinan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai Budaya Positif. Keyakinan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh anggota sekolah dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter murid.

4. Penerapan Posisi Kontrol Restitusi dan Segitiga Restitusi

Dalam aksi nyata ini, kami juga menerapkan konsep posisi kontrol restitusi dan segitiga restitusi dalam menangani masalah perilaku murid. Posisi kontrol restitusi melibatkan penempatan diri sebagai manajer yang memfasilitasi penyelesaian masalah, bukan sebagai pengendali yang mengendalikan perilaku murid secara langsung.

Segitiga restitusi, yang mencakup pendekatan berbasis pada hubungan antara pelaku, korban, dan masyarakat, digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan melibatkan semua pihak terkait dalam proses penyelesaian. Dengan pendekatan ini, murid diajak untuk memahami dampak tindakan mereka dan bertanggung jawab atas perbaikan.

Hasil dari Aksi Nyata

Hasil dari aksi nyata ini menunjukkan perubahan yang signifikan dalam lingkungan sekolah. Berikut adalah beberapa pencapaian utama:

  1. Peningkatan Pemahaman tentang Budaya Positif
    Guru dan tenaga kependidikan di SD Negeri 2 Palapi menunjukkan peningkatan pemahaman yang baik mengenai implementasi Budaya Positif, termasuk dalam penyusunan keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi.

  2. Lingkungan Belajar yang Lebih Positif
    Dengan penerapan disiplin positif dan metode motivasi perilaku, kami berhasil menciptakan lingkungan belajar yang lebih nyaman dan menyenangkan. Murid merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk berperilaku baik, yang berdampak positif pada suasana kelas.

  3. Efektivitas Metode Restitusi
    Penerapan posisi kontrol restitusi dan segitiga restitusi terbukti efektif dalam menangani masalah perilaku murid. Guru melaporkan adanya peningkatan dalam hubungan dengan murid dan suasana kelas yang lebih harmonis.

Pembelajaran yang Didapat dari Aksi Nyata

Dari aksi nyata ini, saya belajar bahwa perubahan paradigma dalam pendidikan, terutama dalam hal disiplin dan motivasi perilaku, sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan karakter murid. Implementasi Budaya Positif tidak hanya membuat proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan, tetapi juga membantu murid merasa lebih dihargai dan termotivasi.

Kolaborasi dengan seluruh pihak di sekolah, termasuk guru, murid, dan orang tua, sangat penting dalam menerapkan dan menjaga Budaya Positif. Ke depan, saya berharap dapat terus berkolaborasi dan mendapatkan dukungan dari semua pihak untuk mengoptimalkan implementasi Budaya Positif di SD Negeri 2 Palapi.

Rencana Perbaikan

Untuk perbaikan ke depan, beberapa langkah yang akan diambil adalah:

  1. Penguatan Program Pelatihan dan Pendampingan
    Menyusun dan melaksanakan program pelatihan tambahan untuk guru tentang Disiplin Positif dan motivasi perilaku manusia. Pendampingan akan terus dilakukan untuk memastikan bahwa metode yang diterapkan tetap efektif.

  2. Pengembangan Materi Pembelajaran
    Mengembangkan materi pembelajaran yang mendukung Budaya Positif, termasuk modul dan alat bantu yang memudahkan guru dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut.

  3. Evaluasi dan Refleksi Berkelanjutan
    Melakukan evaluasi berkala terhadap penerapan Budaya Positif dan refleksi untuk menilai efektivitas strategi yang digunakan. Berdasarkan hasil evaluasi, akan dilakukan perbaikan yang diperlukan.

  4. Penguatan Kolaborasi dengan Orang Tua dan Komunitas
    Meningkatkan kolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk memastikan bahwa nilai-nilai Budaya Positif diterapkan tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah dan lingkungan sekitar murid.

Kesimpulan

Perubahan paradigma menuju Budaya Positif di SD Negeri 2 Palapi telah memberikan dampak yang signifikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik. Melalui penerapan disiplin positif, motivasi perilaku, dan penggunaan metode restitusi, kami berhasil menciptakan suasana kelas yang lebih harmonis dan mendukung perkembangan karakter murid.

Pembelajaran dari aksi nyata ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan dukungan dari semua pihak dalam menerapkan Budaya Positif. Dengan terus melakukan evaluasi dan perbaikan, saya yakin SD Negeri 2 Palapi akan menjadi sekolah yang tidak hanya fokus pada pencapaian akademis tetapi juga pada pembentukan karakter yang kuat sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Baca juga :
Media Informasi Pendidikan, Lifestyle, Design dan Teknologi